Di publish pada 25 Jul 2024
Terakhir diperbarui pada 09 Apr 2025
Jenis Virus Ransomware Paling Berbahaya

Ransomware adalah jenis malware yang mengenkripsi data pengguna dan meminta tebusan untuk mengembalikan akses ke data tersebut. Ransomware telah menjadi ancaman siber yang serius, dengan berbagai jenis yang masing-masing memiliki cara kerja dan dampak yang berbeda. Berikut adalah beberapa jenis ransomware yang paling berbahaya:
1. WannaCry
WannaCry adalah salah satu ransomware paling terkenal yang menyerang pada Mei 2017. Ransomware ini menyebar dengan cepat melalui kerentanan di sistem operasi Windows. WannaCry mengenkripsi data pengguna dan menampilkan pesan tebusan yang meminta pembayaran dalam bentuk Bitcoin. Serangan WannaCry berdampak pada berbagai organisasi besar di seluruh dunia, termasuk rumah sakit dan perusahaan besar.
2. NotPetya
NotPetya muncul pada Juni 2017 dan sering dianggap sebagai varian dari ransomware Petya. Namun, NotPetya sebenarnya lebih bersifat destruktif daripada menguntungkan. Meskipun meminta tebusan, tujuannya lebih kepada merusak data daripada memulihkannya. Serangan ini menggunakan kerentanan yang sama dengan WannaCry dan menyebabkan kerusakan besar pada perusahaan-perusahaan global.
3. Cerber
Cerber adalah jenis ransomware yang terkenal karena kemampuan adaptasinya. Ransomware ini terus memperbarui taktiknya untuk menghindari deteksi oleh perangkat lunak antivirus. Cerber menargetkan pengguna melalui email phishing dan lampiran berbahaya. Setelah menginfeksi, Cerber mengenkripsi data dan meminta tebusan dalam bentuk Bitcoin. Selain itu, Cerber juga mampu mengubah teks pesan tebusan ke dalam beberapa bahasa, membuatnya lebih efektif secara global.
4. Locky
Locky pertama kali muncul pada tahun 2016 dan menyebar melalui email spam yang berisi lampiran berbahaya. Setelah lampiran dibuka, ransomware ini mengenkripsi data pengguna dan menuntut pembayaran tebusan. Locky terkenal karena kemampuannya untuk mengubah ekstensi file terenkripsi, sehingga sulit bagi pengguna untuk mengenali file asli mereka.
5. Ryuk
Ryuk adalah jenis ransomware yang biasanya menargetkan organisasi besar dan jaringan perusahaan. Ransomware ini sering digunakan dalam serangan yang disponsori oleh negara atau grup kriminal yang terorganisir. Ryuk mengenkripsi data dan meminta tebusan yang sangat besar. Ryuk terkenal karena serangannya yang sangat merusak dan kemampuannya untuk bertahan dalam jaringan untuk waktu yang lama sebelum akhirnya mengenkripsi data.
6. Sodinokibi (REvil)
Sodinokibi, juga dikenal sebagai REvil, adalah ransomware yang terkenal karena serangannya terhadap perusahaan besar dan penyedia layanan. Ransomware ini menyebar melalui kerentanan perangkat lunak dan serangan brute force pada RDP (Remote Desktop Protocol). Setelah berhasil menginfeksi, Sodinokibi mengenkripsi data dan meminta tebusan dalam jumlah besar. Grup di balik Sodinokibi juga terkenal karena mempublikasikan data curian jika tebusan tidak dibayar.
7. Maze
Maze adalah jenis ransomware yang dikenal dengan metode “double extortion”. Selain mengenkripsi data, Maze juga mencuri data dan mengancam akan mempublikasikannya jika tebusan tidak dibayar. Metode ini memberikan tekanan tambahan kepada korban untuk membayar tebusan. Maze menargetkan berbagai jenis organisasi dan menggunakan berbagai vektor serangan, termasuk email phishing dan eksploitasi kerentanan perangkat lunak.
Bagaimana Cara Mencegah Serangan Ransomware?
Ransomware adalah ancaman serius yang dapat menyebabkan kerugian finansial dan operasional yang signifikan. Untuk melindungi diri dari serangan ransomware, ada beberapa langkah pencegahan yang dapat diambil. Berikut adalah beberapa cara efektif untuk mencegah serangan ransomware:
1. Pembaruan Perangkat Lunak Secara Berkala
Selalu pastikan bahwa sistem operasi, perangkat lunak, dan aplikasi yang digunakan selalu diperbarui ke versi terbaru. Pembaruan perangkat lunak sering kali mencakup perbaikan keamanan yang menutup kerentanan yang dapat dieksploitasi oleh ransomware.
2. Gunakan Antivirus dan Antimalware yang Andal
Pasang dan perbarui secara berkala perangkat lunak antivirus dan antimalware yang andal. Pastikan perangkat lunak ini diatur untuk melakukan pemindaian otomatis secara berkala dan periksa setiap file atau lampiran email yang mencurigakan.
3. Lakukan Backup Data Secara Teratur
Lakukan backup data secara teratur dan pastikan backup disimpan di lokasi yang terpisah dan aman, seperti penyimpanan cloud atau perangkat eksternal yang tidak terhubung secara terus-menerus ke jaringan utama. Dengan memiliki backup yang baik, Anda dapat memulihkan data yang terenkripsi oleh ransomware tanpa harus membayar tebusan.
4. Edukasi dan Pelatihan Karyawan
Edukasi karyawan tentang ancaman ransomware dan cara mengenali serangan phishing. Pelatihan yang teratur mengenai keamanan siber dapat membantu karyawan mengidentifikasi email mencurigakan, lampiran berbahaya, dan praktik keamanan online yang baik.
5. Gunakan Otentikasi Multifaktor (MFA)
Otentikasi multifaktor memberikan lapisan keamanan tambahan dengan meminta lebih dari satu bentuk verifikasi untuk mengakses akun atau sistem. Ini membuatnya lebih sulit bagi peretas untuk mengakses sistem meskipun mereka memiliki kata sandi.
6. Batasi Akses Pengguna
Hanya berikan akses ke data dan sistem yang diperlukan sesuai peran dan tanggung jawab karyawan. Dengan membatasi akses pengguna, risiko penyebaran ransomware di dalam jaringan dapat diminimalkan.
7. Nonaktifkan Protokol RDP yang Tidak Diperlukan
Remote Desktop Protocol (RDP) sering digunakan sebagai titik masuk oleh peretas untuk menyebarkan ransomware. Nonaktifkan RDP jika tidak diperlukan atau batasi aksesnya menggunakan VPN dan otentikasi multifaktor.
8. Segmentasi Jaringan
Segmentasi jaringan dapat membatasi penyebaran ransomware jika terjadi infeksi. Dengan memisahkan jaringan ke dalam beberapa segmen yang berbeda, Anda dapat mengisolasi bagian yang terinfeksi dan mencegah ransomware menyebar ke seluruh sistem.
9. Pemantauan dan Deteksi Ancaman
Gunakan alat pemantauan dan deteksi ancaman untuk mengidentifikasi aktivitas mencurigakan di jaringan. Sistem deteksi intrusi (IDS) dan sistem pencegahan intrusi (IPS) dapat membantu mengidentifikasi dan menghentikan serangan sebelum menyebabkan kerusakan.
10. Simulasi Serangan dan Uji Coba Pemulihan
Lakukan simulasi serangan ransomware dan uji coba pemulihan data secara berkala. Ini akan membantu memastikan bahwa rencana tanggap darurat dan pemulihan bencana efektif dan karyawan siap menghadapi situasi sebenarnya.
Apa Contoh Serangan Ransomware Terbaru?
Ransomware terus berevolusi dengan teknik baru dan target yang semakin beragam. Berikut adalah beberapa contoh serangan ransomware terbaru yang telah terjadi dan menimbulkan dampak signifikan:
1. Kaseya VSA Ransomware Attack (2021)
Pada Juli 2021, sebuah serangan ransomware besar-besaran menargetkan Kaseya, penyedia perangkat lunak manajemen jaringan. Grup ransomware REvil bertanggung jawab atas serangan ini, yang mempengaruhi sekitar 1.500 perusahaan di seluruh dunia. Penyerang mengeksploitasi kerentanan zero-day di Kaseya VSA untuk menyebarkan ransomware ke klien yang menggunakan perangkat lunak tersebut. Serangan ini menuntut tebusan sebesar $70 juta dalam bentuk Bitcoin.
2. Colonial Pipeline Attack (2021)
Pada Mei 2021, Colonial Pipeline, operator jaringan pipa bahan bakar terbesar di Amerika Serikat, terkena serangan ransomware oleh grup DarkSide. Serangan ini menyebabkan penghentian operasi pipa selama beberapa hari, mengakibatkan kekurangan bahan bakar dan lonjakan harga di seluruh wilayah timur AS. Colonial Pipeline membayar tebusan sebesar $4,4 juta dalam bentuk Bitcoin untuk memulihkan sistem mereka.
3. Acer Ransomware Attack (2021)
Pada Maret 2021, perusahaan teknologi Acer menjadi target serangan ransomware oleh grup REvil. Penyerang meminta tebusan sebesar $50 juta, menjadikan ini salah satu permintaan tebusan tertinggi dalam sejarah ransomware. Serangan ini mengeksploitasi kelemahan keamanan di sistem Acer, yang kemudian dienkripsi oleh penyerang.
4. JBS Foods Attack (2021)
Pada Juni 2021, JBS Foods, salah satu produsen daging terbesar di dunia, menjadi korban serangan ransomware oleh grup REvil. Serangan ini mengganggu operasi pabrik pengolahan daging di Amerika Serikat, Kanada, dan Australia. JBS akhirnya membayar tebusan sebesar $11 juta dalam bentuk Bitcoin untuk memulihkan operasi mereka.
5. Accellion FTA Attack (2021)
Pada awal 2021, beberapa organisasi terkena serangan ransomware melalui kelemahan di perangkat lunak transfer file Accellion FTA. Serangan ini mempengaruhi berbagai entitas, termasuk lembaga kesehatan, universitas, dan perusahaan. Grup Clop dan FIN11 diduga berada di balik serangan ini, yang mengakibatkan kebocoran data dan permintaan tebusan yang signifikan.
6. CNA Financial Attack (2021)
Pada Maret 2021, CNA Financial, salah satu perusahaan asuransi terbesar di Amerika Serikat, terkena serangan ransomware oleh grup Phoenix. Serangan ini mengenkripsi data perusahaan dan meminta tebusan sebesar $40 juta. CNA Financial dilaporkan membayar tebusan tersebut untuk mendapatkan kembali akses ke data mereka.
Itu saja artikel dari Admin, semoga bermanfaat… Terima kasih sudah mampir…